Memaafkan Ketika Dihina

Jaman ketika kita masih kecil dulu, bertengkar dengan teman itu biasa. Ejek-ejekan ala anak kecil biasa terjadi. Kamu jelek, kamu item, kamu bodoh, dan perkataan lain yang berkonotasi negatif. Anak-anak pun reaksinya beragam. Ada yang memendam rasa sedih, melapor pada bu guru, atau melapor pada orang tua. Guru dan orang tua reaksinya beragam pula. Ada yang menghukum/memarahi si anak nakal, ada pula yang memberi pengertian pada anak yang diejek, menguatkan hatinya dan memberi tahu nilai positif sang anak agar dia tidak minder ke depannya.

Sekarang usia kita sudah setara orang tua, sudah setara guru anak-anak. Bagaimana saat seusia kita ini masih mengalami pelecehan, perkataan yang tidak menyenangkan, apa yang akan kita lakukan? Balas memaki, memendam dalam hati, menyerahkan pada Tuhan, bersikap dewasa dengan mengacuhkannya atau melaporkan ke polisi atas kasus yang sepele ini. Pilihannya banyak, tinggal pilih mana yang membuat hati anda puas.

Balas memaki, apakah masalah selesai? Tidak, justru mengundang musuh lebih banyak lagi. Mendendam dalam hati? Tidak, anda bisa lebih stress dibandingkan saat diejek. Melaporkan ke polisi? Saya merasa anda masih punya hati untuk mengerti bahwa kasus pembunuhan dan kasus narkoba masih cukup tinggi di Indonesia. Setiap 91 detik, terjadi satu kejahatan di Indonesia [1]. Polisi mempunyai personel yang terbatas dikepung masalah yang tidak terbatas. Mari kita tidak memberatkan kerja kepolisian dengan melaporkan hal-hal yang sebenarnya terlalu sepele untuk dibawa ke meja hukum.

Menyerahkannya kepada Tuhan dan mengabaikan hinaan-hinaan tersebut adalah jalan terbaik untuk dilakukan. Jika kita percaya pada Tuhan, maka Tuhan pun akan menguatkan kita. Tidak perlu berdoa yang buruk-buruk untuk si jahat, berdoalah untuk dikuatkan oleh Tuhan. Jika ada gunung yang menghalangi jalan, jangan minta Tuhan untuk menghilangkan gunung tersebut. Minta Tuhan memberikan kita kekuatan untuk melewati gunung tersebut.

Saat Nabi Muhammad berdakwah di sebuah daerah bernama Thaif, beliau mengalami hal yang buruk. Dilempari batu dan kotoran unta. Malaikat Jibril marah dan menawarkan untuk melempari penduduk Thaif dengan gunung sampai mereka mati terhimpit didalamnya, tapi Nabi Muhammad menolaknya dan meminta Allah mengampuni penduduk Thaif.

Kalau dimasa sekarang ini, saya melihat contoh yang bagus dari seorang wakil gubernur bernama Ahok. Ketika seorang pengacara mengejek beliau dengan berkata di jejaring sosial twitter “Apapun platnya, Ahok tetap China!”. Namun Ahok tidak bergeming. Diamnya Ahok ini justru membuat sang pengacara geram, karena pancingannya tidak mengena. Disinilah kecerdasan Ahok, pintar menempatkan diri. Ahok sadar bahwa pengacara tersebut lain level dengan dia sehingga dia tidak meladeninya. Sang pengacara pun kini mendapat kecaman massal dari masyarakat.

Seseorang yang suka menghina orang lain akan direndahkan derajatnya oleh Tuhan. Sekarang tinggal memilih, apakah kita ikut merendahkan derajat dengan balas menghina, mencengengkan diri dengan melapor ke polisi, atau meninggikan derajat dengan mengacuhkan orang yang suka menghina tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar