Perpisahan itu Sebuah Penyatuan Baru

Terkadang mayoritas orang menganggap bahwa perpisahan itu adalah akhir dari segala kehidupan. Perpisahan menjadi alasan untuk memutuskan sebuah hubungan, tidak terkecuali untuk semua lapisan. Fenomena yang terjadi di luar nalar pun terkadang juga menjadi alasan.

Mengapa demikian?

Persoalan seperti ini kerap dijumpai dalam kehidupan kita sehari-hari. Cinta, persahabatan, relasi, bahkan persaudaraan pun tidak pernah lepas dari perpisahan. Bermacam sebab yang dilatarbelakangi dari segala persoalan turut mendukung terjadinya perpisahan.

Kesedihan, kekecewaan dan penderitaan, itulah dampak yang dihasilkan. Bahkan jarang yang menganggap bahwa di balik perpisahan itu ada sejuta makna tentang keindahan. Sedih memang sedih, tetapi perasaan itu akan berangsur memudar ketika kita mampu memahami bahwa perpisahan itu jalan terbaik daripada kita bersama tetapi dalam sengketa.

Namun, tidak banyak yang mampu melakukan seperti itu. Itu karena perasaan gengsi yang selalu dipelihara dalam hati. Mereka cenderung susah untuk terlepas dari lingkaran masalah tersebut. dengan anggapan bahwa bertahan, siapa tahu ada jalan untuk penyatuan.

Padahal, bila kita dengan segera mampu mengikhlaskan, maka akan ada jalan baru untuk menyatukan. Walaupun dengan wujud yang beda dari sebelumnya. Hal ini senada dengan yang penulis alami. Di mana perpisahan terjadi karena sebuah perbedaan. Perbedaan yang penulis alami, adalah perbedaan yang cukup krusial karena berhubungan dengan sebuah keyakinan. Keyakinan yang kami anut masing-masing, tak mampu menyatukan sebuah kisah kasih pada jenjang peresmian. Tak hanya itu, perbedaan paham pun tak jarang untuk penulis jumpai sehari-hari. Terkadang hal kecil selalu di besar-besarkan, sedang hal yang besar cenderung diabaikan. Walau dengan segala kesabaran, penulis selalu mencoba untuk bertahan. Namun, entah apa yang melatarbelakangi pemikiran kami saat itu, yang jelas perpisahan telah menjadi jalan.

Sayang memang, bahkan hingga sekarang menginjak tahun keenam sejak perpisahan, hal itu tak kunjung hilang. awalnya penulis anggap semuanya telah selesai. Bahkan, tak kan ada lagi jalan yang mampu menyatukan. Sebab telah banyak alasan yang menguatkan.

Namun seiring waktu berputar, perlahan penulis menyadari bahwa tidak ada yang pernah tahu akan kebesaran Tuhan. Perpisahan itu kini telah mengukir sejuta kisah tak terlupakan. Keakraban dalam balutan persaudaraan menjadi dasar sebuah kebersamaan. Bahkan perseteruan yang dulu sering kami jumpai, kini nyaris tiada lagi.  Apakah karena kedewasaan ataukah perasaan, penulis masih bingung untuk menguraikan.

Satu lagi yang tak terpikirkan, bahwa sampai detik ini tak pernah ada kebencian di antara kami. mimpi-mimpi indah untuk mengukir masa depan menjadi sebuah harapan. Sikap saling mengerti dan memahami satu sama lain telah tertanamkan. Bahkan tak jarang, beragam kejutan selalu penulis dapatkan, yang semata-mata untuk menyejukkan. Perpisahan itu, ternyata tidak sekedar perpisahan. Realnya, bahwa perpisahan itu merupakan upaya pelepasan unsur persengketaan menuju unsur perbaikan.

Walaupun demikian, penulis belum tahu bagaimana arah ke depan nantinya. Pasalnya, dia tidak pernah lepas dari kehidupan penulis sendiri. Dia selalu ada tanpa diduga. Sedangkan penulis hanya sebatas manusia biasa, yang mampu berusaha dan berdo’a, selebihnya Tuhan lah yang berkuasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar