Ini bukan artikel untuk menasehati, apalagi menggurui. Semakin
bertambah umur dan sering dimintai pendapat oleh orang orang terdekat
dan para sahabat, membuat saya berpikir bahwa pada dasarnya manusia
dewasa tidak butuh dinasehati. Jauh di dalam lubuk hati terdalam,
sebagai manusia dewasa kita sebenarnya sudah tahu apa yang benar dan
apa yang tidak pantas untuk dilakukan.
Ketika meminta nasehat atau pendapat, sejujurnya sebagian besar kita
menginginkan validasi atas kehendak dan keinginan kita sendiri.
Manusia mencari pembenaran diri lewat pendapat dan nasehat orang lain
untuk membenarkan keputusan yang diambil. Bagaimanapun juga manusia
sebagai makhluk sosial akan merasa lebih nyaman ketika alasan atau
keputusan yang diambil dapat diterima dan dipahami oleh sebagian
besar orang lain, terutama oleh mereka yang dekat.
Seiring dengan pertambahan usia, saya sendiri merasakan bahwa dulu saya
sering merasa benar dan pintar. Padahal justru disitulah kebodohan
saya. Banyak waktu dan energi yang terbuang percuma ketika saya masih
berproses mencari kenyamanan dengan diri sendiri karena mengurusi hal
remeh temeh yang sebenarnya tidak penting, dan tidak membawa pengaruh
positif dalam hidup saya.
Well, that’s life. Bagaimanapun juga melakukan
kesalahan adalah bagian dari keseluruhan proses yang membawa kita
berada pada titik sekarang ini dan menjadi diri kita sepenuhnya seperti
sekarang. Masa muda merupakan masa belajar dan melakukan kesalahan.
Keliru adalah lumrah. Itulah mengapa sering masa muda disebut sebagai
masa uji coba, dimana kesalahan terjadi sebelum menemukan yang benar dan
yang terbaik bagi diri sendiri.
Dibawah ini adalah hal hal yang sebenarnya perlu saya ketahui sejak 20
tahun lalu, namun karena sifat dan jiwa muda yang sering kerasa kepala,
banyak pelajaran hidup yang akhirnya memakan waktu lebih lama untuk
dipelajari. Saya ingin membagikan ini dengan para pembaca, bukan karena
saya lebih pandai ataupun bijaksana, tapi saya berpikir seandainya ada
yang memberitahukan ini kepada saya 20 tahun lalu, maka ada banyak waktu
yang tidak perlu terbuang , dan akan lebih sedikit sakit kepala yang
saya alami.
Andaikan ini sudah kutahu sejak 20 tahun yang lalu ;
1. Manusia tidak dapat mengubah manusia lain. Merupakan
hal yang bodoh ketika kita berpikir bahwa karena kita menasehati maupun
memberitahukan dengan penuh semangat, maka orang lain akan berubah
sesuai dengan apa yang kita ingini.
Seseorang bisa berubah hanya ketika dirinya menginginkan untuk berubah. Hanya dengan bantuan Tuhan dan dengan ketekunan tinggi, maka sifat seseorang bisa dirubah.
Lalu apakah kita sebagai sahabat atau keluarga tidak ada gunanya
menasehati ? Nasehat hanya berguna untuk membantu seseorang ketika niat
untuk berubah itu sudah dimulai dari diri orang itu sendiri, dan dalam
proses perubahannya, nasehat maupun pandangan kita berguna sebagai
pemberi semangat dan petunjuk tambahan.
2. Agama bukan untuk diperdebatkan.
Hakekatnya agama adalah panggilan hati dan jiwa yang diberikan Tuhan
kepada masing masing manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang
Pencipta, dan dalam prosesnya kita berbuat baik kepada orang lain
sebagai sesama ciptaan Tuhan.
Berdebat atau membicarakan agama, hanya membuang banyak energi dan
waktu. Belum terhitung banyak perkelahian dan debat tanpa ujung
pangkal yang pada akhirnya hanya membawa lebih banyak sakit hati, dendam
dan kebencian.
Coba kita renungkan satu fakta ini : Ada berapa orang yang berubah pikiran setelah agama ataupun kepercayaannya dikritisi atau ditentang ?. Jawabannya tidak ada.
Paling tidak saya belum pernah bertemu dengan orang yang berubah
pikiran mengenai agamanya setelah dikritik atau diserang orang lain.
Agama adalah sesuatu yang absolut, tidak dapat diganggu gugat. Hidup
ini akan jauh lebih mudah dan indah ketika kita sebagai sesama manusia
beragama, saling menghormati dan menghargai dengan satu pikiran
sederhana :Sebagaimana saya begitu mencintai dan menghormati
Tuhan dan agama saya, begitu juga sesama saya yang lain, meskipun
berbeda caranya.
Agama bukan sesuatu yang digembar gemborkan keluar untuk dinilai orang
lain agar kita merasa lebih benar. Hemat saya, agama merupakan
peraturan kedalam bagi diri sendiri, mensyukuri kehidupan yang sudah
diberikan Tuhan, dan sebagai rasa syukur, maka kita menjalani hidup ini
sambil membawa sebanyak mungkin kebaikan dimanapun kita berada.
3. Tidak seorangpun bisa membahagiakan kita, kecuali diri kita sendiri.
Hidup bahagia adalah keputusan pribadi. Tidak seorangpun bisa kita
embankan kewajiban untuk membahagiakan kita, meskipun itu adalah
pasangan hidup kita sendiri. Bahagia itu dari dalam hati, dan bukan
bergantung kepada materi yang kita miliki maupun situasi disekitar
kita.
Saya banyak berteman dan melihat orang yang memiliki banyak uang, banyak
barang mewah, rumah dan villa dimana mana, berparas cantik, memiliki
pasangan hidup dan keluarga, namun toh tidak bahagia juga. Selalu saja
ada yang salah, ada yang kurang, ada saja yang tidak sesuai dengan
kehendaknya.
Bahagia itu sekarang. Bukan ketika kita sudah mendapatkan apa yang kita
inginkan baru bisa berbahagia. Manusia tidak lepas dari keinginan hati
yang tidak pernah selesai. Selalu memiliki mimpi untuk dikejar dan
diupayakan untuk diwujudkan.
Tidak ada yang salah dengan bermimpi dan memiliki keinginan. Namun
kebahagiaan itu bukan terletak pada sesuatu atau seseorang yang harus
dimiliki baru kita bisa berbahagia. Kebahagiaan itu sudah ada
dalam hidup ini, sudah lama tersimpan di dalam hati dan jiwa masing
masing. Keputusan untuk menggunakannya sepenuhnya tergantung kepada diri
kita sendiri.
Bahagia itu mensyukuri bahwa kita sudah diberikan kehidupan dan
kesempatan dilahirkan dan menikmati segala keagungan ciptaan Tuhan.
Segala usaha dan proses mewujudkan keinginan, mimpi dan cita cita demi
perkembangan diri, adalah proses menjalani kehidupan sesuai dengan
pilihan kita sendiri.
Now is the best time to be happy, because we have this gift called LIFE.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar