Andai sudah kutahu 20 Tahun yang lalu …

Ini bukan artikel untuk menasehati, apalagi menggurui.  Semakin bertambah umur dan sering dimintai pendapat oleh orang orang terdekat dan para sahabat,  membuat saya berpikir bahwa pada dasarnya manusia dewasa tidak butuh dinasehati. Jauh di dalam lubuk hati terdalam, sebagai manusia dewasa kita sebenarnya  sudah tahu apa yang benar dan apa yang tidak pantas untuk dilakukan.
Ketika meminta nasehat atau pendapat, sejujurnya sebagian besar kita menginginkan validasi atas kehendak dan keinginan kita sendiri.  Manusia  mencari pembenaran diri  lewat pendapat dan nasehat orang lain untuk membenarkan keputusan yang diambil. Bagaimanapun juga manusia  sebagai makhluk sosial akan merasa  lebih nyaman ketika alasan atau keputusan yang diambil dapat  diterima  dan  dipahami oleh sebagian besar orang lain, terutama  oleh mereka yang dekat.

Seiring dengan pertambahan usia, saya sendiri merasakan bahwa  dulu saya sering merasa benar dan pintar. Padahal justru disitulah kebodohan saya.  Banyak waktu dan energi  yang terbuang percuma ketika saya  masih berproses mencari kenyamanan dengan diri sendiri karena mengurusi hal remeh temeh yang sebenarnya tidak penting, dan tidak membawa pengaruh positif dalam hidup saya.
Well, that’s life. Bagaimanapun juga melakukan kesalahan adalah  bagian dari keseluruhan proses  yang membawa kita berada pada titik sekarang ini dan menjadi diri  kita sepenuhnya seperti sekarang.  Masa muda merupakan masa belajar dan melakukan kesalahan.  Keliru adalah lumrah. Itulah mengapa sering masa muda disebut sebagai  masa uji coba, dimana kesalahan terjadi sebelum menemukan yang benar dan yang terbaik bagi diri sendiri.

Dibawah ini adalah hal hal yang sebenarnya perlu saya ketahui sejak 20 tahun lalu, namun karena sifat dan jiwa muda yang sering kerasa kepala, banyak pelajaran hidup yang akhirnya memakan waktu lebih lama untuk dipelajari.  Saya ingin membagikan ini dengan para pembaca, bukan karena saya lebih pandai ataupun bijaksana, tapi saya berpikir seandainya ada yang memberitahukan ini kepada saya 20 tahun lalu, maka ada banyak waktu yang tidak perlu  terbuang , dan akan lebih sedikit sakit kepala yang saya alami.
 
Andaikan ini sudah kutahu  sejak 20 tahun yang lalu ;
1.  Manusia tidak dapat mengubah manusia lain. Merupakan hal yang bodoh ketika kita berpikir bahwa karena kita menasehati maupun memberitahukan  dengan penuh semangat, maka orang lain akan berubah sesuai dengan apa yang kita ingini.
Seseorang bisa berubah hanya  ketika dirinya  menginginkan untuk berubah. Hanya dengan bantuan Tuhan dan dengan ketekunan tinggi, maka sifat seseorang bisa dirubah.
Lalu apakah kita sebagai sahabat atau keluarga tidak ada gunanya menasehati ? Nasehat hanya berguna untuk membantu seseorang ketika niat untuk berubah itu sudah dimulai dari diri orang itu sendiri, dan dalam proses perubahannya,  nasehat maupun pandangan kita berguna sebagai pemberi  semangat dan  petunjuk tambahan.

2.  Agama bukan untuk diperdebatkan. Hakekatnya agama adalah panggilan hati dan jiwa yang diberikan Tuhan kepada masing masing manusia untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, dan dalam prosesnya kita berbuat baik kepada orang lain sebagai sesama ciptaan Tuhan.
Berdebat atau membicarakan agama, hanya membuang banyak energi dan waktu.  Belum terhitung  banyak perkelahian dan debat tanpa ujung pangkal yang pada akhirnya hanya membawa lebih banyak sakit hati, dendam dan kebencian.
Coba kita renungkan satu fakta ini : Ada berapa orang yang berubah pikiran setelah agama ataupun kepercayaannya dikritisi atau ditentang ?. Jawabannya tidak ada.  Paling tidak saya belum pernah bertemu dengan orang yang berubah pikiran mengenai agamanya setelah dikritik atau diserang orang lain.
Agama adalah sesuatu yang absolut, tidak dapat diganggu gugat.  Hidup ini akan jauh lebih mudah dan indah ketika kita sebagai sesama manusia beragama, saling menghormati dan menghargai dengan satu pikiran sederhana :Sebagaimana saya begitu mencintai dan menghormati Tuhan dan agama saya, begitu juga  sesama saya yang lain, meskipun berbeda caranya.
Agama bukan sesuatu yang digembar gemborkan keluar untuk dinilai orang lain agar kita merasa lebih benar.  Hemat saya, agama merupakan peraturan kedalam bagi diri sendiri, mensyukuri kehidupan yang sudah diberikan Tuhan, dan sebagai rasa syukur, maka kita menjalani hidup ini sambil membawa sebanyak mungkin kebaikan dimanapun kita berada.

3.  Tidak seorangpun bisa membahagiakan kita, kecuali diri kita sendiri. Hidup bahagia adalah keputusan pribadi. Tidak seorangpun bisa kita embankan kewajiban untuk membahagiakan kita, meskipun itu adalah pasangan hidup kita sendiri.  Bahagia itu dari dalam hati, dan bukan bergantung kepada materi  yang kita miliki maupun situasi disekitar kita.
Saya banyak berteman dan melihat orang yang memiliki banyak uang, banyak barang mewah, rumah dan villa dimana mana, berparas  cantik, memiliki pasangan hidup dan keluarga, namun toh tidak bahagia juga. Selalu saja ada yang salah, ada yang kurang, ada  saja yang tidak sesuai dengan kehendaknya.
Bahagia itu sekarang. Bukan ketika kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan baru bisa berbahagia. Manusia tidak lepas dari keinginan hati yang tidak pernah selesai.  Selalu memiliki  mimpi untuk dikejar dan diupayakan untuk diwujudkan.
Tidak ada yang salah dengan bermimpi dan memiliki keinginan. Namun kebahagiaan itu bukan terletak pada sesuatu atau seseorang yang harus dimiliki baru kita bisa berbahagia. Kebahagiaan itu  sudah ada dalam hidup ini, sudah lama tersimpan di dalam hati dan jiwa masing masing. Keputusan untuk menggunakannya sepenuhnya tergantung kepada diri kita sendiri. 

Bahagia itu mensyukuri bahwa kita sudah diberikan kehidupan dan kesempatan dilahirkan dan menikmati segala keagungan ciptaan Tuhan.  Segala usaha dan proses  mewujudkan keinginan, mimpi dan cita cita  demi perkembangan diri, adalah proses menjalani kehidupan sesuai dengan pilihan kita sendiri.
Now is the best time to be happy, because we have this gift called LIFE.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar